Arsitektur Jengki, hahaha,,lucu ya,,kaya nama sepeda..adalah satu istilah dalam fragmen sejarah arsitektur Nusantara Pasca kepulangan para arsitek Belanda sekitar tahun 1950-1960. Arsitektur jengki tumbuh dari kreatifitas pemuda Indonesia [made in pribumi cuuuiiiy!!!] yang pada umumnya lulusan STM dan pernah magang pada konsultan arsitektur di jaman kolonial dan beberapa mahasiswa Indonesia yang belajar di luar negeri. Gaya arsitektur ini oleh sebagaian kalangan dikategorikan berorientasi pada arsitektur yang pada saat itu berkembang di Amerika Selatan. Hal ini dapat dilihat dari trend mobil yang pada masa itu juga banyak didatangkan dari Amerika seperti Impala, dan Capiten. Namun sebagian juga menduga bahwa gaya ini diimpor dari Rusia, yang pada waktu itu sedang gencarnya membangun hubungan mesra antara Indonesia dan Rusia. Dikenal dengan istilah Poros Jakarta -Moskwa. Salah satu bangunan yang kemudian menegaskan dugaan pengaruh ini adalah bangunan apotik “Sputnik” [Sarana PengenalankampUs tekNIK,,sedikit maksa si,,,tapi bukan itu juga maksudnyaaaaa!!] di Semarang yang dikategorikan sebagai arsitektur jengki. Sputnik adalah roket pertama didunia yang berhasil diluncurkan ke orbit bumi oeh Rusia pada tanggal 4 oktober 1957.
Ciri dominan arsitektur jengki adalah penggunaan atap pelana dan pemanfaatan beton pada berbagai elemen struktur
Jengki berasal dari kata yankee atau warga negara New England di Amerika. Model jengki memiliki ciri khas, yaitu meruncing ke bawah. Maka, rumah jengki pun memiliki ciri, dindingnya miring di kedua sisinya dan meruncing ke bawah. Dinding biasanya dibuat mural atau kerancang yang berfungsi sebagai ventilasi.
Ventilasi bangunan jengki amat bervariasi. Ada yang berbentuk
lingkaran, segi lima, atau setengah lingkaran dengan tutupan. Pada
jendela atau pintu ada pelipit, atau bingkai dari tembok yang tebal
berbentuk kotak dengan sisi kiri dan kanan berbentuk segitiga.
Pintu pagarnya sering kali berornamen dua garis diagonal membentuk segitiga. Jendelanya berengsel di tengah, dan biasanya dibagi menjadi sembilan lembar dalam satu bingkai. Di Kota Bandung rumah jengki ditemukan di Jalan Hasanudin, Jalan Tamansari, Jalan Simpang Dago, Jalan Supratman, Jalan Brigjen Katamso, dan beberapa tempat lain.
bangunan seperti overhange dan kolom dengan variasi bentuk yang dinamis. Fasad bangunan hampir selalu tampil dengan tekstur kasar dan variatif dengan komposisi tidak simetris. Demikian juga banyak ditemui permainan letak jendela dengan ketinggian yang tidak sejajar. Pola permukaan dinding biasanya penuh dengan permainan komposisi bentuk yang ekspresif. Kuat dugaan hal ini terkait dengan kebutuhan pemenuhan eksistensi diri, akibat kebebasan baru yang diperoleh para pemuda ahli bangunan di Indonesia yang sebelumnya di bawah kendali para ahli bangunan Belanda.
Dalam penataan “ruang dalam” juga tampak perubahan dalam orientasi hubungan antar ruang. Pada masa sebelumnya hubungan antar ruang ditata dengan tingkat privasi yang sangat ketat. Ruang keluarga [pemilik] betul-betul terpisah dengan ruang servis [pembantu] baik dari segi sirkulasi maupun visual. Pada arsitektur jengki pengaturan ruang keluarga dan non keluarga lebih terbuka.
Di Madura, arsitektur jengki berkembang menjadi simbol keberhasilan dan identitas kekerabatan. Gambar di atas adalah rumah milik H.Hasan Bahri seorang pengusaha tembakau yang tinggal di desa Prenduan Sumenep. Dalam perancangan dan pelaksanaannya dilaksanakan langsung oleh arsitek dan pemborong yang didatangkan dari para perancang di kalangan etnik Cina di Surabaya.
3 kesan cicipan..:
hhihihi,,,pusing bacanya...
kyny ini blog utk arsitek2 handal asia tenggara!
:D,,hhihi..
cayyiioo!
Terima kasih sudah bantu tugas arsitektur modern.
THANK'S DAH NGASIH INFORMASI BWAT TUGAS GW.....SALAM KENAL
Posting Komentar